Dulu saat menjelang Hari Raya
Idul Fitri atau hari-hari besar lainnya, harga bahan pangan selalu mengalami
kenaikan, diantaranya daging, beras, minyak goreng atau bahkan cabai.
Namun hal tersebut tidak hanya
terjadi pada hari besar saja, melainkan juga terjadi kelonjakan harga pada hari-hari
biasa. Tentu saja hal ini menimbulkan beberapa dampak, baik untuk pedagang, ibu
rumah tangga, serta yang tak pernah absen yaitu para mahasiswa.
Mahasiswa juga merasakan dampak
kenaikan harga bahan pangan. Biasanya dengan 5.000 rupiah saja mereka sudah
bisa membeli seporsi lalapan dengan lauk ikan atau ayam. Namun kini mereka
harus merogoh kocek sedikit lebih dalam 6.000 rupiah hingga 7.000 rupiah untuk
seporsi lalapan.
Hal inilah yang membuat mereka
harus pandai memutar otak agar bisa makan dengan layak dan bisa bertahan hingga
akhir bulan. Setidaknya hidup jauh dari keluarga harus bisa membuang jauh-jauh
rasa gengsi dan menuruti setiap hawa nafsu yang ada. Anggap saja ini sebagai
ujian dalam hidup dan kita harus dengan tabah menghadapinya. TIRAKAT is the
best choice for your bright FUTURE.
Harga makanan yang berada di kertas putih sebagai tanda bahwa ada harga lama yang tertutupi
Jika dilihat dengan teliti, sambal hanya berupa air rebusan cabai. Sedangkan biji cabai tampak jauh tidak menyatu dengan air cabai. Tidak dengan sebagaimana mestinya sambal selalu bercampung menjadi satu antara biji dengan kulit serta daging cabai yang telah dihancurkan. (Nyken Kisdwiyanawati-09220420).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar