Kamis, 08 November 2012

Nelangsa di Idul Adha



Sebagai anak rantau, perayaan hari-hari besar terutama hari besar agama selalu diwarnai dengan kesedihan. Bagaimana tidak? Kami jauh dari keluarga dan tidak bisa merasakan nikmatnya kebersamaan. Sebenarnya sudah ada perencanaan yang saya buat, yaitu mengumpulkan beberapa teman-teman KKN (Kuliah Kerja Nyata) untuk pergi ke Magetan tepatnya di desa Taman Arum kabupaten Parang. Ya, disanalah tempat kami mengabdikan diri dan ikut mengembangkan potensi alam dan masyarakatnya selama sebulan penuh.
Dengan sigap, saya menyebar undangan melalui pesan singkat atau yang sering disebut dengan SMS (Short Message Service) dan BBM (BlackBerry Messenger). Tetapi sangat disayangkan, hampir semua teman mengabaikan SMS dan BBM yang saya kirimkan. Saya terpaksa harus memutar otak agar teman-teman mau memberikan minimal konfirmasi kata “IYA” atau “TIDAK”. Berbagai cara saya lakukan, dari pengiriman pesan dengan nada memelas, mengancam, bahkan mengiming-imingi pembagian uang iuran yang masih tersisa.
Berhasil!! Iming-iming uang menjadi cara terjitu menggaet perhatian mereka. Akhirnya Rabu, 24 Oktober 2012 pukul 18:30 wib, kami berkumpul di Masjid kampus untuk membagikan uang beserta memberikan informasi bahwa pada tanggal 25 Oktober kami harus segera pergi ke Magetan. Memang tidak semuanya bisa ikut pergi kesana termasuk saya, namun setidaknya lima orang teman kami sudah  bisa mewakili dari 29 orang dalam satu kelompok.
Kesedihan benar-benar saya rasakan. Bukan tanpa alasan mengapa saya tidak bisa ikut untuk pergi kesana. Pertama, Siloh baru saja melahirkan lima ekor anak pada tanggal 14 Oktober 2012 lalu. Ya, Siloh adalah kucing peliharaan saya yang sudah saya anggap sebagai anak saya sendiri. Kelahiran anak Siloh membuat saya bimbang. Terlebih jika memikirkan siapa yang akan menjaga mereka jika saya pergi kesana. Mereka semua masih sangat rentan, ringkih dan harus tetap dalam pengawasan.
Saya memang tinggal bersama kakak ipar dan keponakan dalam satu rumah kontrakan. Sebenarnya bisa saja saya titipkan Siloh beserta kelima ekor anaknya kepada kakak ipar namun justru disitulah kendalanya, ipar saya takut dengan kucing. Itulah yang menjadi alasan kedua saya.
Ketiga, di H-1 keberangkatan tiba-tiba keponakan saya mengalami demam yang sangat tinggi. Hal tersebut memaksa saya untuk tetap tinggal dirumah dan ikut menjaga keponakan yang sedang sakit. Ya, lagi-lagi itulah yang membuat saya gagal total untuk pergi kesana dengan segala rindu yang harus tertahan beberapa alasan.
Kucuran air mata benar-benar tak tertahankan tatkala seruan takbiran menggema setelah shalat isya’. Kesepian benar-benar menusuk relung jiwa ketika melihat disekeliling tak ada seorangpun tetangga yang berdiam diri dirumah. Berharap dapat menikmati lebaran idul adha dengan keluarga baru, namun hanya menjadi isapan jempol belaka. Semoga secepatnya saya dapat menginjakkan kaki di Magetan tercinta dan merasakan lagi pelukan hangat yang sempat masyarakat berikan kepada saya.(ANEESSIA-09220421).



Anak-anak Siloh saat masih berusia 1 hari


Sangat kecil dan ringkih


Inilah keadaan keponakan ketika sakit


2 komentar:

  1. Postingan blok dari kelompok ini kok kurang produktif ya???? minim tulisan dan kering amat tampilannya. Semangat yo agar dapat nilai oke

    BalasHapus
  2. oke...trimakasih buat masukannya.

    BalasHapus