Sebagai anak rantau, perayaan hari-hari
besar terutama hari besar agama selalu diwarnai dengan kesedihan. Bagaimana
tidak? Kami jauh dari keluarga dan tidak bisa merasakan nikmatnya kebersamaan.
Sebenarnya sudah ada perencanaan yang saya buat, yaitu mengumpulkan beberapa
teman-teman KKN (Kuliah Kerja Nyata) untuk pergi ke Magetan tepatnya di desa
Taman Arum kabupaten Parang. Ya, disanalah tempat kami mengabdikan diri dan
ikut mengembangkan potensi alam dan masyarakatnya selama sebulan penuh.
Dengan sigap, saya menyebar undangan
melalui pesan singkat atau yang sering disebut dengan SMS (Short Message
Service) dan BBM (BlackBerry Messenger). Tetapi sangat disayangkan, hampir
semua teman mengabaikan SMS dan BBM yang saya kirimkan. Saya terpaksa harus
memutar otak agar teman-teman mau memberikan minimal konfirmasi kata “IYA” atau
“TIDAK”. Berbagai cara saya lakukan, dari pengiriman pesan dengan nada memelas,
mengancam, bahkan mengiming-imingi pembagian uang iuran yang masih tersisa.
Berhasil!! Iming-iming uang menjadi
cara terjitu menggaet perhatian mereka. Akhirnya Rabu, 24 Oktober 2012 pukul
18:30 wib, kami berkumpul di Masjid kampus untuk membagikan uang beserta
memberikan informasi bahwa pada tanggal 25 Oktober kami harus segera pergi ke
Magetan. Memang tidak semuanya bisa ikut pergi kesana termasuk saya, namun
setidaknya lima orang teman kami sudah
bisa mewakili dari 29 orang dalam satu kelompok.
Kesedihan benar-benar saya rasakan.
Bukan tanpa alasan mengapa saya tidak bisa ikut untuk pergi kesana. Pertama,
Siloh baru saja melahirkan lima ekor anak pada tanggal 14 Oktober 2012 lalu.
Ya, Siloh adalah kucing peliharaan saya yang sudah saya anggap sebagai anak
saya sendiri. Kelahiran anak Siloh membuat saya bimbang. Terlebih jika
memikirkan siapa yang akan menjaga mereka jika saya pergi kesana. Mereka semua
masih sangat rentan, ringkih dan harus tetap dalam pengawasan.
Saya memang tinggal bersama kakak ipar
dan keponakan dalam satu rumah kontrakan. Sebenarnya bisa saja saya titipkan
Siloh beserta kelima ekor anaknya kepada kakak ipar namun justru disitulah
kendalanya, ipar saya takut dengan kucing. Itulah yang menjadi alasan kedua
saya.
Ketiga, di H-1 keberangkatan tiba-tiba
keponakan saya mengalami demam yang sangat tinggi. Hal tersebut memaksa saya
untuk tetap tinggal dirumah dan ikut menjaga keponakan yang sedang sakit. Ya,
lagi-lagi itulah yang membuat saya gagal total untuk pergi kesana dengan segala
rindu yang harus tertahan beberapa alasan.
Kucuran air mata benar-benar tak
tertahankan tatkala seruan takbiran menggema setelah shalat isya’. Kesepian
benar-benar menusuk relung jiwa ketika melihat disekeliling tak ada seorangpun
tetangga yang berdiam diri dirumah. Berharap dapat menikmati lebaran idul adha
dengan keluarga baru, namun hanya menjadi isapan jempol belaka. Semoga
secepatnya saya dapat menginjakkan kaki di Magetan tercinta dan merasakan lagi
pelukan hangat yang sempat masyarakat berikan kepada saya.(ANEESSIA-09220421).
Anak-anak Siloh saat masih berusia 1 hari
Sangat kecil dan ringkih
Inilah keadaan keponakan ketika sakit
Postingan blok dari kelompok ini kok kurang produktif ya???? minim tulisan dan kering amat tampilannya. Semangat yo agar dapat nilai oke
BalasHapusoke...trimakasih buat masukannya.
BalasHapus